MANAJEMEN PENJAS DAN OLAHRAGA
DAFTAR ISI
Kata
pengantar………………………………………………………………………
Daftar
isi…………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………………
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan
……………………………………………………………………....
D. Manfaat………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Istilah ……………..
B.
Makna Pendidikan Jasmani dan olahraga…………………………………....
C.
Tujuan Pendidikan jasmani dan Olahraga
D. Masalah Manajemen
Dalam Penjas dan Pemecahannya
E. Masalah Manajemen
Dalam Olahraga dan Pemecahannya…………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….……….........
B. Saran……………………………………………………………….……...........
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan
umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang moral dan
akhlaknya serta berpikir positif secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu
menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Husdarta (2009), bahwa pencapaian tujuan
tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan
karakteristik anak.
Apakah peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam mempersiapkan
para pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara sehat dalam
persaingan global sekarang ini dan yang akan datang? Apa pula peranan
pendidikan jasmani dan olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan
terjadinya evolusi kehidupan manusia yangcenderung tidak lagi
memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk menjalankan tugasnya
sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, serta penawaran satu
alternatif dalam memandang peranan dan fungsi Pendidikan jasmani dan olahraga yang
seharusnya dilaksanakan di sekolah-sekolah dasar dan menengah di Indoensia lebih
diseriusi dan ditingkatkan.
Istilah
pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup
lama menghilang dari wacana, terutama sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu
diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan
mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua jenjang
pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua istilah
itu, karena hamper selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan fisik,
seperti tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental
serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kual itas fisik dan
mentaInya.
Dalam konsep dasar manajemen pendidikan jasmani dan olahraga, akan
di pahami bersama tentang beberapa pengertian istilah, makna
pendidikan jasmani dan olahraga, tujuan pendidikan jasmani dan olahraga. Agar tidak terjadi tumpang
tindih dalam penulisan karya yang sangat sederhana ini maka penulis akan
membatasi dan membahas istilah penulisan yang terkait dengan konsep dasar
manajemen pendidikan jasmani dan olahraga antara lain: (A) definisi istilah
sebagai berikut 1) definisi manajemen, 2) definisi pendidikan, 3) definisi
manajemen pendidikan, 4) definisi pendidikan jasmani dan olahraga 5) definisi
manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. (B) Makna pendidikan jasmani dan
olahraga antara lain 1) kedudukan pendidikan jasmani dan olahraga, 2) gerak
sebagai pokok pendidikan jasmani dan olahraga, 3) gerak sebagai kebutuhan anak,
dan (C) tujuan pendidikan jasmani dan olahraga.
B.
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian manajemen penjas secara umum
dan para ahli?
2. Tujuan dan makna manajemen penjas
berdasarkan kedudukan?
3. Masalah manajemen dalam pendidikan jasmani
4. Masalah manajemen dalam olahraga
C.
Tujuan
Berdasarkan masalah diatas maka tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami defenisi manajemen penjas
2. Mengetahui tujuan dan makna manajemen
penjas itu sendiri
3. Untuk memecahkan masalah manajemen dalam
penjas.
4. Untuk memecahkan masalah manajemen dalam
olahraga
D.
Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat
2. Sebagai bahan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah
1. Arti Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata ini digabung
menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke
dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata
benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan.
Panggabean
(2004) mengemukakan bahwa: “manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari
atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian
kegiatan sumber daya manusia Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Selatan dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan secara efesien”. Selanjutnya
Hasibuan (2006) mengemukakan bahwa: “manajemen sebagai suatu usaha
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia yang berpotensi dalam pencapaian
tujuan”. Sumber-sumber tersebut berupa orang (man), uang (money),
material (material), peralatan (machine), metode (method),
waktu (time) dan prasarana lainnya.
Istilah manajemen telah diartikan oleh berbagai
pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan,
pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketata pengurusan,
administrasi dan sebagainya. Jadi manajemen dalam hal ini diartikan sebagai
suatu kegiatan pengadministrasian, ketatalaksanaan, kepemimpinan, dan
pengurusan (Siswanto, 2006:1).
Perkembangan
ilmu manajemen yang pesat sesuai dengan akumulasi dan perkembangan jaman,
memunculkan pendapat yang beragam tentang fungsi manajemen. Salah satu pendapat
adalah yang dikemukakan oleh Terry (2003:8) bahwa fungsi manajemen tersebut
dikenal dengan singkatan POAC yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2)
pengorganisasian (Organizing), (3) penggerakan (Actuating), (4)
pengawasan (Controlling).
Perencanaan
merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya dalam suatu
organisasi, sehingga perencanaan ditempatkan sebagai fungsi pertama.
Perencanaan dapat disusun dengan mempertimbangkan hasil penelitian, observasi
atau dengan argumentasi. Perencanaan merupakan penjabaran dari strategi awal
organisasi. Untuk melaksanakan perencanaan dengan baik diperlukan adanya suatu
organisasi yang cocok. Sehingga kemudian muncul fungsi yang kedua yaitu fungsi
pengorganisasian. Dalam fungsi pengorganisasian perlu ditelaah tentang kegiatan
yang dilakukan, hakekat organisasi, proses interaksi, prinsip organisasi dan
tipe organisasi yang akan dijalankan.
Dengan
terbentuknya suatu organisasi, dibutuhkan adanya usaha untuk menggerakkan
organisasi tersebut. Dalam proses penggerakkan tersebut perlu dicermati pula
proses intraksi antar manusia. Sehingga perlu adanya tatanan menyangkut
manusia, pendekatan, potensi, perilaku serta segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan aktivitas organisasi.
Setelah
ketiga fungsi tersebut berjalan, yang terakhir muncul adalah perlu adanya suatu
pengawasan terhadap jalannya proses-proses sebelumnya. Pada hakekatnya
pengawasan mencakup penilaian adanya kemajuan atau tidak, perlunya
penyegaran atau tidak. Sehingga pengawasan harus mampu menjadi suatu upaya
dalam meluruskan roda organisasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam organisasi
tersebut. Pengawasan juga dapat dijadikan sebagai langkah pengawasan dan
evaluasi aktivitas organisasi menyangkut proses perencanaan, pengorganisasian
maupun tahapan pelurusan sesuai dengan visi dan misi yang diemban.
Manajemen menurut Parker Follet (1997), adalah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain (management is the art of getting things
done through people). Menurut Hasibuan (2001) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para
ahli sesuai pandangan dan pendekatannya masing-masing, namun tidak satu pun yang
mernuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dipandang, baik sebagai proses (fungsi)
maupun sebagai tugas (task). Olehnya manajemen sebagaimana
dikemukakan Nickels and McHugh dalam Sule dan Saefullah (2005), bahwa
manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orangorang serta sumber daya organisasi
lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pada dasarnya merupakan
seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Dalam penyelesaian akan sesuatu
tersebut terdapat tiga faktor yang terl i bat; (1) Adanya penggunaan sumberdaya
organisasi, baik sumberdaya manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Atau menurut Griffin (2002),
sumber daya tersebut meliputi
sumberdaya manusia, sumberdayaalam, sumberdaya keuangan, serta informasi, (2) Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan,
(3) Adanya seni dalam menyelesaian pekerjan.
2. Arti Pendidikan
Seperti halnya manajemen, pengertian pendidikan pun sejauh ini belum ada
keseragaman formulasi yang dapat dipakai sebagai pegangan karena
masing-masingahli mengemukakan pengertian yangagak berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung
dari konsepsi pendekatannya masing‑masing.
Pendidikan
merupakan suatu proses untuk membentuk generasi penerus bangsa, pendidikan
dilakukan saat hayat masih dikandung badan dan pendidikan sangat penting bagi
kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang diberi kemampuan oleh Allah SWT
berupa akal pikiran untuk berpikir dan menerima pelajaran.
Pendidikan pada masa “Sophistic” di Yunani
dilakukan oleh para guru yang selalu berkeliling mengajar ditempat-tempat umum
yang dipanggil dengan nama Sofis”. Dalam bahasa Yunani ada kata “sophisma” yang
berarti “akal cerdik”, ketrampilan berargumen” dengan konotasi “licik” yang
dipakai di dalam perdebatan atau pengajaran dengan satu tujuan yaitu agar
keluar sebagai seorang pemenang. Kaum Sofis ini berpendapat bahwa pendidikan
yang diperlukan adalah retorika, tata bahasa, logika, hukum, matematika,
sastra, dan politik yang di dalam prakteknya kaum Sofis ini “terjebak” ke dalam
permainan lambang dan simbol semata dalam bentuk permainan kata,
ber-”silat-lidah”, menyusun argumentasi yang bersifat manipulatif melalui
pemutar-balikan fakta, memanipulasi lambang dan makna yang disampaikan pada
para pendengarnya, yang menurut Yasraf A. Piliang mereka terjebak di dalam
dunia citra (image), dunia lambang yang berbeda dari realitas yang ada, berbeda
dari kebenaran itu sendiri. Sehingga kebebasan yang diharapkan ada di dalam
proses pendidikan secara tidak langsung sudah mengalami apa yang disebut oleh
Pierre Bourdieu sebagai “kekerasan simbolik” yaitu kekerasan yang halus dan tak
tampak, baik dari sisi struktrur bahasa maupun ditingkat semantik yang
mengakibatkan di dalam proses pendidikan kaum Sofis yang ada sebenarnya adalah
kebebasan semu.
Socrates menganggap bahwa pendidikan yang
tidak mengajarkan pada murid untuk mencari kebenaran atau mengajarkan kebenaran
tidaklah termasuk pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Untuk mencapai
kebenaran melalui pendidikan itulah, Socrates menggunakan metoda
dialektika yang membebaskan murid untuk berpikir sendiri tanpa terpengaruh oleh
gagasan gurunya.
Ilmu
pendidikan disebut pedagogik yang merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris yaitu "pedagogics". Pedagogics sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu "pais"yangartinya anak dan "again" yang artinya
membimbing. Dari arti tersebutdapat
dipahami bahwa pendidikan mengandung pengertian "bimbingan yang diberikan
kepada anak". Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing atau "pedagog". Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
(pedagogy) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang
dewasa secara sadar dan
bertanggung jawab, baik mengenai aspek jasmaniahnya maupun aspek rohaniahnya menuju ketingkat kedewasaan
anak.
Ditinjau
dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sikdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu "Pendidikan adalah usaha sadardan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dir
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
3. Arti Manajemen Pendidikan
Pendidikan
nasional haruslah dikelolah secara tepat agar tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Karena
itu, untuk pengelolaan pendidikan diperlukan
administrator yang dapat berkinerja secara maksimal guna meningkatkan kualitas IUlUsan yangdiharapkan oleh
masyarakat.
Manajemen pendidikan oleh Knezevich (1984) diartikan sebagai sekumpulan
fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan,
melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepimimpinan, penyiapan alokasi
sumber daya, koordinasi personil, penciptaan
ikI im organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakatdi masa depan. Tidak berbeda dengan pendapat di
atas, Mulyasa (2004) mengartikan manajemen
pendidikan merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan sumberdaya
pendidikan; tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum,
dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan I ingkungan pendidikan untuk mencapai
tujuan Yang ditetapkan.
Demikian
pula Engkoswara (2001) berpendapat
bahwa manajemen pendidikan dalam arti luas adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana menata sumberdaya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana
menciptakan suasana yang kondusif bagi manusia yang terlibat di dalam
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa penataan mengandung makna mengatur, memimpin, mengelola suberdaya.
Sedangkan sumberdaya terdiri dari
sumberdaya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa kependidikan), sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu
yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan), serta
fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinan
terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan dapat tercapai dilihat dari indikator efektivitas dan
efisiensi.
4. Arti Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Apakah
sebenarnya pendidikan jasmani dan olahraga? Secara umum pendidikan jasmani dan
olahraga dapat didefinisikan sebagai berikut. Pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor)
adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pengertian im, mengukuhkan bahwa
Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan bagian tak terpisahkan dari
pendidikan umum.
Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut
Husdarta (2009), bahwa pencapaian tujuan
tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.
Secara umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat didefinisikan sebagai
berikut; pendidikan jasmani dan olahraga adalah proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan
pendidikan (Agus Mahendra,
2004). Definisi tersebut, sekali lagi mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani dan
olahraga merupakan bagian yang tak
dapatdipisahkan dari tujuan pendidikan
umum.
Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,
baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan
anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada
kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas.
Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya:
hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya
pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan
aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang
tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.
5. Arti Manajemen Pendidikan Jasmani
dan olahraga
Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Atau dengan
kata lain manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan Yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Manajemen pendidikan dapat pula diartikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengaraha6, dan pengendalian sumber daya pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien, mandiri, dan akuntabel (Husaini Usman, 2008).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/pengawasan sumber daya pendidikan
melalui aktivitas jasmani dan olahragayangterpilih untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien.
B.
Makna
Pendidikan Jasmani dan olahraga
1. Kedudukan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Kondisi
bangsa kita sekarang sedang dihadapkan pada kondisi krisis ekonomi, ditandai dengan mahalnya kebutuhan
bahan pokok, tetapi tidak dibarengi dengan pendapatan yang seimbang, hingga
kini masih membekaskan Iuka yang dalam bagi sebagian besar
masyarakat kita. Hal tersebut
lebih terasa dan pedih bagi bangsa kita, ditengah kondisi dunia Yang sedang dihadapkan pada krisis
perebutan kekuasaan politik dunia, dengan
nuansa kental perebutan kekuasaan ekonomi dan teknologi di sebagian
besardunia maju dan imbasnya kena bangsa kita.
Menurut Husdarta (2009) kemampuan ekonomi bangsa Indoensia telah terlempar
pada keadaan tak terkendali, menghasilkan persoalanpersoalan
seperti pemangkasan anggaran, harga barang yang membubung, kesulitan dan konflik
penduduk kota, rangkaian pengangguran, hingga deficit pemernitah yang semakin menggunung. jika negara
maju lainnya sudah mengambil langkah-langkah pasti terhadap
persoalan global yang menantang tersebut, Indonesia tetap berada dalam kondisi lesu.
Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai tahap sangat maju telah Pula
menghadapkan bangsa kita, terutama Para
anak-anak dan remaja, pada gaga hidup
yang semakin menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih
mengutamakan keunggulan kecerdasan
intelektual, sambil mengorbankan kepentingan keunggulan fisik (physical conditioning) dan moral
individu. Budaya hidUp mudah/gampang, sedenter (kurang gerak) karennya semakin kuat mengejala di kalangan anakanak dan
remaja, berkomunikasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik
dan tugas kehidupan yang memerlukan upaya fisik yang keras, segalanya
menjadi mudah, sehingga lambat lawn kemampuan fisik manusia sudah
tidak diperlukan lagi. Dikhawatirkan secara evolutif manusia akan berubah
bentuk fisiknya, mengarah pada bentuk yang tidak bisa kita bayangkan
karena banyak anggota tubuh kita dari mulai kaki dan lengan sudah dipandang tidak berfungsi (Husdarta,
2009).
Dalam kondisi demikian patutlah kita pertanyakan kembali peranan dan
fungsi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan olahraga,
apakah peranan yang bisa dimainkan oleh program Penjasor dalam kondisi
dunia dan bangsa yang semakin dihadapkan pada kuatnya potensi konflik
tersebut? Apakah peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam mempersiapkan Para
pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara sehat dalam persaingan global sekarang ini
dan yang akan datang? Apa Pula peranan
pendidikan jasmani dan olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi
kehidupan manusia yang cenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik
yang utuh untuk menjalankan tugasnya sehari-hari?
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, serta penawaran satu alternatif dalam
memandang peranan dan fungsi pendidikan jasmani dan olahraga yang
seharusnya dilaksanakan di sekolah-sekolah dasardan menengah
di Indoensia lebih diseriusi dan
ditingkatkan.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik,
mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai sebuall kesatuan
utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan
mental nya.
Fokus perhatian pendidikan jasmani dan olahraga adalah peningkatan gerak
manusia, lebih khusus lagi pendidikan jasmani dan olahraga
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya, misalnya hubungan dan perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran
dan jiwanya. Pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia
itulah yangmenjadikannya unik.
Menurut Husdarta (2009) bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alai fisik untuk
mengembangkan keutuhan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut,
diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung
maupun tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani dan
olahraga tidak.hanya terbatas
pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata. Pengertian pendidikan
jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari
aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani dan olahraga pada bidangyang lebih luas dan
lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan
kualitas pikiran dan juga tubuh.
Pendidikan jasmani dan olahraga karena harus menyebabkan Perbaikan dalam
pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seharian seseorang.
Pendekatan holistiktubuh-jiwa ini termasuk Pula penekanan pada ketiga domain
kependidikan, yakni; psikor-notor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam
ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani dilstilahkan sebagai proses menciptakan
"tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa". Artinya dalam
tubuh yang baik diharapkan Pula terdapatjiwa yang what, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno, "men sang in corporesano".
Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita
percaya dan apa yang kita praktekkan atau
kesenjangan antara teori dan praktek, adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga.
2.
Gerak sebagai Unsur Pokok Pendidikan jasmani
Gerak merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani dan olahraga.
Tugasnya adalah membantu peserta didik bergerak secara efesien, meningkatkan kualitas
unjuk-kerjanya (performance), kemampuan
belajarnya dan kesehatannya. Karena gerak
adalah unsure pokok pendidikan jasmani
dan olahraga penting bagi guru pendidikan jasmani memahami beberapa
dimensi.
Dalam pola
gerak yang tersusun, dapat dikenal tiga komponen gerak, yaitu; gerak berkenaan dengan sikap tubuh, dengan transport
(perpindahan tubuh ke tempat lain) dan dengan tangan. Anak berkembang dan belajar melalui tiga jalur tersebut. Komponen satu
dan dua adalah pola gerak yang digunakan
untLik melawan daya tarik bumf yang melibatkan otot-otot dan saraf. Otot-otot tersebut pada umumnya
dipandang sebagai otot-otot fundamental
dan gerakannya dinamakan aktivitas otot-otot besar (Abdullah; Manadji, 1994).
Penyesuaian
yang bersifat sikap tubuh (postural)
merupaan dasar dari sernua gerak. Semua pola gerak transport dan
tangan harus dimulai dari sikap tubuh. Dalam proses pertumbuhan a6ak'harus
mulai belajar mengangkat kepalanya dan kemudian mengerjakan
otot-ototnya untuk duduk. Setelah ia menguasai penyesuaian yang
diperlukan untuk sikap tubuh,
ia juga belajar pola gerak maju. Gerak postural-transport dimulai dengan melantai, yangdilakukan dengan tubuh
bersentuhan dengan lantai. Tahap perkembangan berikutnya adalah merangkak,
dengan tubuh tidak ada kontak dengan lantai, tangan dan lutut menopang
berat badannya. Gerak maju yang
dilakukan berpola-silang dengan tangan dan lutut yang berlawanan digerakkan silih berganti. Tahap berikut dari
aktivitas postural-transport anak
mencoba berdiri di atas dua kaki dan dilanjutkan dengan berjalan. Bila ia tidak menguasai aktivitas vitas pola-silang
dari merangkak, mungkin la mendapat kesulitan dalam belajar
berjalan.
Menurut Getman yang dikutip Abdullah; Manadji, 2009) selagi anda belajar
menggabungkan dan mengintegrasikan gerak mata dengan gerak tangan, ia
membentLik dasar pengintegrasikan dari semua kombinasi lainnya yang mungkn
dalam semua system perceptual tubuh. Hasil penelitian menyatakan
bahwa pola gerak anak dalam bentuk koordinasi tangan-mata sangat teritegrasi dengan
kemampuannya membedakan bunyi dan kemampuannya
membentuk kata-kata.
Faktor unjuk kerja jasmani merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
olahraga. Pertama, faktor unsur unjuk kerja yang mendasar semua gerak, seperti
kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelentukan dan
lain-lain. Kedua faktoraktivitas universal, yaitu keterampilan fundamental
seperti lari, lompat, lempar, panjat dan gantung. Dikatakan keterampilan
universal karena keterampilan itu sama bagi semua unjukkerja dari
semua orang dan daerah geografis atau kebangsaan apapun. Faktor ketiga adalah
gerakan khusus yang bertingkat tinggi yang dikuasai dengan latihan dan pengalaman khusus dan
berbeda dari orang ke orang. la mencakup aktivitas olahraga, tari dan senam.
Individu memperoleh melalui latihan yang banyak, spesialisasi dan ia khas
untuk tiap aktivitas khusus. Singer (1986) berpendapat bahwa keberhasilan
dalam unjuk-kerja gerak dapat tergantung pada faktor-faktor pribadi
berikut; (1) karakteristik jasmani, (2)
kemampuan gerak, (3)rasa aman, (4)kemampuan perceptual, (5) kecerdasan dan emosi.
C. Tujuan Pendidikan jasmani dan
Olahraga
Tahukah anda apa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga? Mungkin anda
berpendapat, tujuannya adalah hanya meningkatkan keterampilan siswa untuk berolahraga. Mungkin
pula kawan anda yang lain mengatakan tujuannya adalah agar anak mencapai taraf
kesehatan yang mernuaskan. Atau
ada pula yang berpendapat, kegiatan itu untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Semuanya benar, namun pendapat itu kurang lengkap, sebab masih ada lagi tujuan lainnya yang tidak kalah
pentingnya.
Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat
bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu
membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola
hidup sehat. Tujuan ini akan dicapai
melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani.
Mengapa pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan di sekolah? Kesalah pahaman
memang telah terjadi. Orang awam berpendapat pendidikan jasmani lebih menekankan pembinaan keterampilan
fisik, yang sebenarnya tentu tidak demikian. ldealnya adalah tujuan program pendidikan
jasmani dan olahraga itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan
hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya agar seseorang percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar dan hidup
bahagia.
Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga sudah tercakup dalam pemaparan di
atas, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari
berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik,
mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya pendidikan jasmani dan olahraga
bertuivan untuk mengembangkan
potensi setiap anak setinggi-tingginya.
Misi pendidikan jasmani dan olahraga tercakup dalam tujuan pembelajarannya yang meliputi domain
kognitif, psikomotor dan afektif. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial
bukan sekedar dampak pengiring
yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan
dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain
psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak
tentang apa yang akan dipelaiari berdasarkan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang
bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaia untuk menumbuhkan
berbagai kesadaran emosional
dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh yang akan mendukung tercapainya
aneka kemampuan.
Jadi pendidikan jasmani dan olahraga memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
·
Mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk berkaitan dengan aktivitas
jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan
sosial.
·
Mengembangkan
percaya diri dan kemampuan menguasai keterampilan gerak dasar yang akan
mendorong partisipasi siswa dalam aneka
aktivitasjasmani.
·
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani
yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
·
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi
dalam aktivitas jasmani
baik secara berkelompok maupun perorangan.
·
Berpartisipasi
dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
·
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas
jasmani, termasuk permainan dan olahraga.
D.
Masalah
Manajemen Dalam Penjas dan Pemecahannya
Status penjas di lembaga pendidikan formal
memang masih memerlukan pemberdayaan dalam pengertian bidang studi yang menjadi
wahana pendidikan itu harus dikembangkan. Sementara ini semua insan pendidikan
menyadari status penjas yang masih dianggap sebagai pelengkap bagi bidang studi
lainnya. Suara keluhan guru penjas tidak henti-hentinya mereka mengemukakan
dalam berbagai kesempatan, namun pemecahan masalahnya tidak kunjung tuntas.
Persoalan tersebut terkait langsung dengan
tataran atas pada tingkat kebijakan, bahwa bidang studi penjas belum menjadi
prioritas. Hal ini tidak lepas dari kebijakan nasional pendidikan yang selama
ini masih memberikan proritas pada bidang studi IPA, dihubungkan dengan upaya
bangsa Indonesia untuk memajukan bidang iptek. Nasib bidang studi kelompok IPS
tidak begitu jauh dengan bidang studi penjaskes. Walaupun kita insan penjas dan
olahraga mengklain bahwa bidang studi penjas adalah paling unik. Sebab bidang
studi penjas satu-satunya bidang yang mengurus bidang jasmaniah. Namun secara
langsung mengintervensi pendidikan secara menyeluruh. Namun masih banyak orang
yang belum memahami bahwa penjas itu, juga sangat potensial untuk merangsang
perkembangan penalaran dan fungsi saraf yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan. Masih banyak orang yang belum faham konsep inteligensi mejemuk yang
perlu mendapat penanganan dengan implikasi pada perluasan spectrum layanan bagi
setiap anak, sesuai dengan potensinya. Pertanyaan kita, adakah selama ini
seluruh program penjas dilaksanakan dengan menerapkan fungsi manajemen?
Dalam konteks yang lebih terbatas, namun
sangat strategis, adalah aplikasi manajemen dakam pengelolaan proses belajar
mengajar. Ada 3 unsur pokok yang perlu dikelola oleh guru yaitu :
1. Manajemen tugas ajar
2. Manajemen perilaku siswa
3. Manajemen atmosfir belajar
Ketiga hal ini lebih berbobot akademiknya
dibandingkan pelaksanaan fungsing administrasi yang lebih ringan, tetapi
memberatkan, seperti pembuatan Satuan Acara Pelajaran (SAP), mengawalkehadiran
siswa mengutamakan seragam, dan lain-lain yang meskipun tetap harus
diperhatikan, namun menggeser kedudukan manajemen PBM yang jauh lebih
strategis.
Dalam keadaan status dan kondisi penjas
yang masih lemah, maka pembinaannya memadukan dukungan. Kepemimpinan guru
penjas sangat dibutuhkan untuk mampu membangkkitkan hubungan dari warga
masyarakat sekolah ( termasuk kepala sekolah dan guru lainnya ) serta warga
masyarakat pada umumnya, seperti organisasi induk olahraga dan orang tua siswa.
Kepemimpinan itu jualah yang ikut menciptakan atmosfir baru yang mengangkat
citra penjas sebagai bidang studi yang dapat diandalkan untuk mendidik. Praktik
pengajaran yang menelantarkan siswa, model pendekatan “ Remote Kontrol “
gurunya entah kemana siswanya aktif sendiri merupakan contoh perlakuan dalam
pendidikan yang menimbulkan citra memperendah kedudukan penjas. Oleh karena
itu, berkaitan dengan kepemimpinan tersebut, faktor kecakapan untuk membangun
relasi antar orang dan komunikasi, selain koordinasi dalam kontek manajemen,
sungguh sangat dibutuhkan.
1. Pemahaman pada masalah ( Identifikasi dari
tujuan )
2. Membuat diagranmnya dan mengidentifikasi
kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan.
3. membuat beberapa notasi ( x, a, b, c,
V=volume, m=massa dsb ).
4. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
5. mengenali sesuatu yang sudah dikenali.
6. Gunakan analogi
E.
Manajemen
Dalam Olahraga dan Pemecahannya
Manajemen olahraga adalah suatu kombinasi
keterampilan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, pengendalian, penganggaran, dan evaluasi dalam kontek suatu
organisasi yang memiliki produk utama berkaitan dengan olahraga.(Janet
Park,1998:4). Pengkombinasian tersebut perlu SDM yang terlibat dalam
organisasi, bersatu dalam sebuah sistem bahu membahu bekerja untuk mencapai
tujuan
Manajer adalah orang salah satu orang yang utama dalam organisasi olahraga karena harus mampu merencanakan, mengambil keputusan, melakukan koordinasi serta memotivasi produktivitas karyawan dan hubungan antar pengurus, memahami dan mengerti fungsi-fungsi manajemen yaitu:
Manajer adalah orang salah satu orang yang utama dalam organisasi olahraga karena harus mampu merencanakan, mengambil keputusan, melakukan koordinasi serta memotivasi produktivitas karyawan dan hubungan antar pengurus, memahami dan mengerti fungsi-fungsi manajemen yaitu:
1. Menganalisis dan menjelaskan masalah
2. Mencari alternatif pemecahan
3. Memilih suatu pemecahan
4. Menerapkan pemecahan
5. Evaluasi
6. Melihat
perubahan yang ada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya merupakan seni
atau proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/pengawasan
sumber daya pendidikan melalui
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilili untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik,
mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan
utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.
Singkatnya pendidikan jasmani dan olahraga bertujuan untuk mengembangkan
potensi setiap anak setinggi-tingginya, secara sederhana tujuan
pendidikan jasmani dan olahraga meliputi tiga ranch atau domain yakni kogntif, psikomotor, dan
afektif sebagai satu kesatuan.
Masalah yang dihadapi dalam manajemen
penjas dapat dipecahkam melalui kepemimpinan guru penjas karena sangat
dibutuhkan untuk mampu membangkkitkan hubungan dari warga masyarakat sekolah
(termasuk kepala sekolah dan guru lainnya) serta warga masyarakat pada umumnya.
Kepemimpinan itu jualah yang ikut menciptakan atmosfir baru yang mengangkat
citra penjas sebagai bidang studi yang dapat diandalkan untuk mendidik.
B. Saran
Sangat diharapkan pembinaan penjas dan
olahraga bisa dijalankan sesuai dengan prinsip manajemen yang benar, sehingga
yang harus diperhatikan adalah yang terlibat dalam kepengurusan olahraga
diharapkan benar-benar yang berkompeten di dalamnya sehingga apa yang akan
dicapai akan terlaksana sesuai dengan harapan.
Daftar Pustaka
Abdullah
Arma; Agus Manadji. Dasar-Dasar
Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat
jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud, 1994.
Ahmadi
Abu. Psikologi Sosial. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1999. Anonymous. UU
RI No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru
dan Dosen. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007.
Ateng, H.A. Azas
dan Landasan Pendidian Jasmani. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dirjen Dikti, 1993.
Barrow,
H.M. Man and Movement, Principles
of Physical Education (2n'ed). Philadelphia; New York: David Mckay Co.,Inc,
1977.
Bernadin, John H, Joice A, Russel. Applied
Psychology in Human Resources Management. United of
America: Prentince Hall, 1988.
Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Dekdiknas, 1997. Engkoswara. Paradigms Manajemen Pendidikan,
Menyonsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Enoch, J. Dasar-Dasar Perencanaan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Fattah,
N. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Flippo,
Edwin B. Personnel Managament, Sixth
Edition. New York: Mc. Grave-Hill Book
Company, 1984.
Gie, The Liang. Unsur-Unsur
Administrasi. Yogyakarta: Penerbit Supersukses, 1993.
Gilbert,
D.R & R.E Freeman, Stoner J. Management. New Jersey: Person Printice Hall, 1995.
Griffin Ricky W. Management. Boston: Houghton, Fiffin,
19987.
Hasibuan,
Malayu S.P. Manajemen Dasar
Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi
Aksara, 2001.
………………… Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Hoy, W
K
& Miskel, C.G. Education Administration. (3111 Ed).
New York:
Random House, 1987.
Random House, 1987.
Husdarta,
H.J.S. Manajemen Pendidikan
Jasmani. Bandung: Alfabeta, 2009.
Mahendra Agus. Azas
dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar
& Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2004.
http://pnjasorgatharppsunj.blogspot.co.id/2012/12/manajemen-pendidikan-jasmani-dan.html
Komentar
Posting Komentar